Friday, September 22, 2017

Review Lensa Tamron 18-200 mm VC

Review Lensa Tamron 18-200 mm VC - Hallo sahabat Bang budi , Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Review Lensa Tamron 18-200 mm VC, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Gadget, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.



Judul : Review Lensa Tamron 18-200 mm VC
link : Review Lensa Tamron 18-200 mm VC

Baca juga


Review Lensa Tamron 18-200 mm VC


Lensa yang bernama lengkap Tamron 18-200mm f/3.5-6.3 Di II VC ini merupakan sebuah lensa untuk kamera DSLR Canon dan Nikon, dengan sensor APS-C memberikan fokal lensa yang setara 28-300 mm di full frame. Dengan rentang fokal sepanjang ini maka kebutuhan foto yang bervariasi, baik itu untuk wide sampai tele bisa dicakup hanya dengan menggunakan satu lensa saja.


Lensa yang memiliki rentang 18-200 mm pada saat ini bukan yang paling panjang di dalam hal rentang zoom, karena ada lensa lain seperti 18-250 mm bahkan 18-400 mm. Akan tetapi keuntungan dari lensa 18-200 mm ini yaitu cakupan lensa yang cukup, ukuran yang cukup dan tidak terlalu besar, bobot yang ringan 400 gram dan juga harga yang murah.

VC atau Vibration Compensation merupakan sebuah fitur peredam getar yang bisa membantu kita untuk mendapatkan foto yang tajam khususnya pada shutter speed yang lambat dibawah 1/100 detik. Fitur VC juga sangat membantu tampilan yang lebih stabil pada jendela bidik, selama tombol shutter ditekan dan juga ditahan setengah.

Abila shutter terlalu lambat, maka fitur VC tidak bisa membantu, misalnya dibawah 1/10 detik tentunya harus memakai tripod. Tapi hadirnya fitu VC pada lensa yang ekonomis ini patut diapresiasi karena sangat memudahkan dalam kegiatan memotret khususnya jika memakai fokal lensa tele diatas 50 mm.

Dalam prakteknya VC pada lensa ini sudah terbukti bisa menstabilkan getaran yang terjadi pada shutter yang lambat. Lensa 18-200 mm, VC juga mendapat desain luar yang baru dan juga terlihat lebih modern yang dibalut dengan warna hitam doff. Pada bodinya ada tuas fokus AF-MF, VC On-Off, dan juga Zoom lock.

Ring manual fokus ada pada bagian ujung depan dan juga hanya bisa diputar apabila tuas fokus berada pada posisi MF, ini artinya lensa ini tidak didesain untuk dapat secara langsung manual fokus setelah auto fokus, yang mana merupakan hal yang wajar mengingat segmen dan juga harga lensanya.

Apabila kita bicara mengenai fokus, motor untuk auto fokus pada lensa ini memang bukan kelas ultrasonic seperti lensa Canon USM atau lensa Tamron USD, tapi bukan motor fokus jadul dan berisik. Motor fokusnya sudah cukup senyap dan juga cukup cepat, karena telah dilengkapi dengan teknologi DC motor-gear train, yang artinya masih memakai gear.

Sedangkan untuk mode servo AF-S motor fokus pada lensa ini tidak ada masalah apapun, tapi untuk AF-C memang kecepatan motor AF-nya menjadi kesulitan apabila subyek yang difoto bergerak terlalu cepat. Tentunya hal yang paling utama dari sebuah lensa yaitu kualitas optiknya.


Lensa superzoom manapun memang tidak bisa mendapatkan performa optik sangat tinggi, karena lensa seperti ini dirancang untuk kepraktisan atau zoom panjang dan bukan untuk mengejar kualitas optik yang terbaik. Apalagi jika dilihat dari harganya kita tentunya sudah bisa memprediksi mengenai kualitas optiknya. Akan tetapi anda jangan salah sangka juga, optik pada lensa ini termasuk baik, sudah setara dengan lensa kit pada umumnya.

Hal tersebut akibat modernisasi manufaktur khususnya adalah desain lensa yang memakai komputer sehingga hasilnya bisa tetap sesuai dengan standar masa kini. Untuk bisa melihat kualitas optik, ada beberapa faktor yang harus ditinjau, diantaranya yaitu :

Sharpness


Tentunya pada bagian yang difokuskan harus tampak tajam, lensa ini mampu menghasilkan foto yang cukup tajam khususnya pad kamera dengan sensor dibawah angka 20 MP. Pada bagian tengah ketajaman juga termasuk baik, tapi pada bagian tepi ketajaman menjadi menurun.

Performa lensa yang paling tajam diantara 18-100 mm dan akan terlihat lebih soft di 135 mm apalagi di 200 mm. Warna dan juga kontras termasuk baik, walaupun kemampuan rendering detail mikro kontras atau clarity dari lensa ini tidak begitu tinggi.


Bokeh


Bagian yang tidak fokus akan menghasilkan sebuah gambar yang blur dan hal tersebut sering disebut sebagai bokeh. Biasanya bokeh yang menarik bisa didapatkan dari bukaan besar dan juga fokal lensa terpanjang. Lensa ini sayangnya menghasilkan tingkat bokeh yang kurang blur, masih terlihat jelas walaupun sudah memakai f/6.3 di 200 mm.


Distorsi dan fringing


Cacat lensa terkadang bukan menandakan lensa sedang bermasalah, cacat lensa itu diartikan sebagai kekurangan lensa yang masih bisa ditoleransi akibat dari beberapa faktor. Diantara hal yang sering ditemui dari lensa yaitu distorsi dan fringing. Untungnya keduanya bisa dengan mudah dikoreksi melalui editing foto.

Lensa 18-200 mm ini distorsinya pada posisi wide 18 mm cukup terasa, dan hal tersebut memang wajar. Sedangkan hal yang agak aneh yaitu pada fokal 35 mm keatas justru akan mengalami distorsi cekung atau pincushion. Selain itu, pada keadaan kontras tinggi akan muncul fringing yang berwarna keunguan.


Secara umum lensa ini ditujukan khusus untuk mereka para pengguna kamera DSLR yang membutuhkan lensa yang sangat praktis. Kualitas optik lensa ini memang termasuk sedang, tapi bayangkan apabila dengan harga dibawah 3 juta kita bisa mendapatkan satu lensa yang termasuk lensa modern sudah dilengkapi dengan fitur VC, tidak terlalu besar, dan berbobot sangat ringan.


Lensa ini bisa menjadi pengganti lensa kit seperti 18-55 mm paketan dari pabriknya. Beberapa kekurangan yang dimiliki oleh lensa ini bisa ditoleransi mengingat harga jualnya, dan juga dengan pemahaman fotografi serta teknik yang baik, ana pasti bisa mendapat foto yang indah dengan menggunakan lensa ini.

0 comments

Post a Comment